Khasiat Pegagan, dari penumpas TBC sampai peningkat daya ingat
Pegagan atau nama kerennya
Centella asiatica itu tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai
sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.
Secara empiris, biasa digunakan
sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat
penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna
mendukung manfaat empirisnya.
Misalnya, penelitian yang merujuk
pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor, atau untuk
meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), dan
hepatitis. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki
pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside,
brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, dan B6.
Penduduk asli India dan Malaysia
konon suka menanam dan menyimpan pegagan dalam bentuk ready stock, agar
siap digunakan sewaktu-waktu. Oleh warga dua bangsa itu pegagan lazim
disimpan dalam bentuk kering untuk mengobati beragam penyakit. Terkadang
mereka juga membuat jus daun segar, yang diminum untuk menghilangkan
pusing ringan.
Dari berbagai penelitian in vitro
terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri
penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara
dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A. dan kawan-kawan
dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan
bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert
D. dan kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba
efek pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya,
pegagan tidak langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert
menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar.
Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu ternyata
dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan Bacillus leprae
(Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter H.
Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang
menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Keampuhan pegagan juga telah
diuji coba oleh Boeteau P. dan kawan-kawan, yang menginokulasi binatang
percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari.
Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut, terbukti
dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa.
Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai
imunomodulator peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan
pegagan untuk membasmi tuberkulosis paru-paru dapat dilakukan dengan
berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 60 g pegagan segar, lalu rebus
dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3 kali sehari.
Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian yang
sakit. Kajian etnobotani di Bogor.
Masih ada sejawat pegagan yang
bermanfaat serupa. Singawalang (Pertiveria alliacea), menurut R. Indra
Pandu Gunawan, yang melakukan kajian etnobotani di salah satu kampung di
Bogor, Jawa Barat, juga dapat digunakan untuk mengobati tuberkulosis.
Kesimpulan itu diambilnya setelah masyarakat di kampung yang diteliti
itu sukses menggunakan singawalang untuk mengobati batuk darah akibat
TB.
Weniger B. pada 1988 pun
menyatakan, masyarakat Haiti, Republik Dominika, telah sejak lama
memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati radang paru-paru. Singawalang
sendiri merupakan tanaman berbentuk semak, tingginya bisa mencapai 1 m.
Secara empiris, singawalang sering digunakan untuk peluruh kencing,
peluruh dahak, peluruh keringat, dan pereda kekejangan.
Penelitian in vitro memang
menunjukkan, singawalang mampu melawan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Namun, penelitian langsung pada bakteri
tuberkulosis belum dilakukan. Dosis pemanfaatan singawalang: 5 lembar
daun yang telah dicuci bersih ditumbuk sampai halus. Hasil tumbukan
diseduh dengan air panas, dibubuhi garam dan gula merah secukupnya. Aduk
sampai larut, saring dan minum setelah dingin. Frekuensi meminumnya dua
kali sehari.
Masih ada lagi yang namanya bunga
tembelekan (Lantana camara). Tumbuhan ini dapat hidup secara liar atau
ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Perdu setinggi 0,5 4 m
dan berbau ini secara empiris berkhasiat meredakan demam, penawar racun,
penghilang nyeri, dan penghenti perdarahan. Ia tumbuh di dataran rendah
sampai 1.700 m di atas permukaan laut.
Untuk melawan tuberkulosis
paru-paru dengan batuk darah, digunakan bunga tembelekan kering sebanyak
6 10 g, direbus dalam 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa
separuh. Setelah dingin, air rebusan itu disaring, dibagi untuk 3 kali
minum (pagi hari, siang, dan sore) masing-masing setengah gelas.
Jangan lupakan juga tanaman bambu
tali (Asparagus cochinchinensis). Tumbuhan asal Cina, Jepang, dan Korea
itu tingginya dapat mencapai 1,5 m. Daunnya berwarna hijau, berbentuk
helai panjang, runcing, dan halus. Bagian yang digunakan untuk obat
adalah umbinya. Untuk mengatasi penyakit tuberkulosis yang disertai
batuk darah, digunakan 6 12 g umbi kering bambu tali, direbus dalam
1,5 gelas air. Air rebusannya diminum dalam keadaan hangat dua kali
sehari, sampai penyakit sembuh.
Obat hati
Kalau
mau digali lagi, sebenarnya masih banyak tumbuhan berdasarkan
pengalaman empiris nenek moyang dipercaya dapat digunakan untuk
memerangi TB.
Salah satunya daun legundi (Vitex
negundo L). Untuk menggunakannya, 3/5 genggam daunnya dicuci, lalu
direbus dengan air bersih sebanyak 3 gelas makan, sampai air rebusannya
tinggal 3/4 gelas saja. Sesudah dingin, disaring lalu diminum dengan
madu seperlunya. Frekuensi minumnya 3 kali sehari.
Ada lagi serbuk biji pronojiwo
(Euhrseta horfieldii Benn). Untuk pengobatan diperlukan 3/4 sendok teh
serbuk biji pronojiwo, diseduh dengan air panas sebayak 1/2 cangkir dan
madu 1 sendok makan. Dalam keadaan suam-suam kuku, ramuan diminum 3 kali
sehari. Atau bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L). Ramuannya,
3 kuntum bunga kembang sepatu dicuci bersih, lalu digiling halus, diberi
air masak 1/2 cangkir dan madu 1 sendok makan, kemudian diperas dan
disaring. Ramuan diminum tiga kali sehari.
Bisa juga dicoba bidara upas
(Merremia mammosa). Ambilah 1/3 jari bidara, dicuci bersih lalu diparut,
diberi air masak 1 sendok makan dan madu 2 sendok teh, diperas dan
disaring. Obat alami ini diminum tiga kali sehari.
Terakhir, daun gandapura
(Gaultheria fragrantissima). Diperlukan 1 sendok makan serbuk kering
daun gandapura. Bahan itu diseduh dengan air panas 3/4 cangkir dan madu
1 sendok makan. Seduhan diminum dalam keadaan suam-suam kuku.
Frekuensinya 3 kali sehari.
Melihat begitu banyaknya
alternatif, teman saya jelas makin girang. Kini ia tidak hanya lebih
optimistis menyikapi hidup, tapi juga lebih telaten merawat
tanaman-tanamannya, terutama tanaman pegagan dan kawan-kawan. Buat sang
teman, mereka bukan hanya andalan baru untuk mengusir TB paru-paru, tapi
juga mengisi sepi dan mengusir frustrasi. |